Oleh Ema Hermawati, S.Pd., M.Pd.
Iqro. Demikian kata pertama pada ayat pertama dari firman Allah yang diterima Nabi saw. Pada ayat ketiga dari surat terkait terdapat lagi kata iqro. Iqro adalah kata kerja perintah, perintah membaca. Para ahli tafsir memperhatikan ada pengulangan perintah iqro, memberi kesan agar membaca itu dilakukan tidak sekali, tetapi diulang-ulang.
Iqro. Itulah kata yang diperintahkan Malaikat Jibril pada Nabi kita, Jungjungan kita, panutan hidup kita. Membaca adalah kata kerja yang mudah dilakukan dan terbiasa dilakukan, dan ketika kita tanya pada seorang anak, apa hobimu nak? Banyak diantara mereka akan menjawab, “Membaca”. Walaupun jawaban mereka asal menjawab tapi kata itulah yang paling mudah mereka ingat selain itu karena mereka tahu manfaat dari membaca dan juga merupakan jawaban yang aman bagi mereka.
Buku adalah sumber ilmu, dalam berbagai buku apakah itu buku komik, buku novel atau buku pelajaran dan berbagai ensiklopedi yang lebih berat bobot ilmunya, tetap saja buku berperan sebagai sumber ilmu yang bisa membuka mata hati anak akan kekayaan cerita hidup (komik, novel) kekayaan ilmu yang dapat memperluas cakrawala dan wawasan berfikir juga keilmuan anak.
Seorang anak pada awal proses hidupnya akan dimulai dengan proses pengenalan huruf. Ketika ibunya mengajaknya bercengkrama … A … I … U … E … O, dan anak akan mengamati dengan kepolosannya. Karena sering dilakukan, maka anak akan menyimpan dalam memorinya kemudian pada suatu saat anak akan mengucapkannya dengan spontan karena sudah terbiasa mendengar dari orang orang dewasa di sekitarnya khususnya ibunya.
Kegemaran membaca seorang anak dimulai dari membaca komik karena terdapat gambar-gambar yang menarik dan kalimatnya pendek-pendek, sehingga tidak membosankan dan melelahkan. Anak masih terbata-bata mengingat semua yang ada di memorinya kemudian mengucapkannya dengan perlahan yang tentu saja menguras energi.
Tahap selanjutnya anak terbiasa dan semakin menuntut isi cerita yang lebih banyak. Mereka mulai beralih pada cerita pendek, di sini mereka mulai belajar membaca juga menyimak isi cerpen tersebut. Anak akan terlatih menyimak, kemudian mereka mulai beralih ke novel.
Ketika membaca novel anak dipacu untuk bisa menghubungkan rangkaian cerita dan beragam tokoh yang muncul kemudian menghubungkan tokoh-tokoh tersebut dalam suatu alur cerita yang dikehendaki penulis novel. Anak belajar merekonstruksi isi novel yang mereka baca. Di sini anak secara tidak langsung belajar menanalisis, dan mengkomunikasikan kembali apa yang dibaca minimal untuk diri sendiri. Anak belajar mengenal tokoh antagonis, protagonis dan tokoh utama yang heroik.
Secara tidak langsung anak akan tahu mana yang sebaiknya mereka pilih, secara tidak langsung juga ini adalah proses perkembangan jiwa anak selain tentu saja secara verbal langsung dari orang tuanya ada ajaran ajaran kebaikan dan keburukan. Selanjutnya anak sudah terbiasa dan haus akan bacaan maka mereka mulai membaca koran, majalah, dan tentu saja buku buku pelajaran yang akan semakin memperkaya keilmuan mereka mempertajam daya analisis anak. Sehingga akan mempengaruhi cara berfikir anak dalam memyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi.
Kegiatan membaca yang sudah menjadi kebiasaan dan kemudian menjadi kegemaran memberi kontribusi yang besar dalam pembentukan karakter anak. Selain itu, tentu saja menambah wawasan keilmuan anak dan memberi selangkah lebih maju daripada teman-temannya yang tidak suka membaca. Jadi mari kita biasakan membaca di sela-sela kesibukan kita yang padat, ajak anak kita, anak didik kita gemar membaca karena buku adalah sumber ilmu, mari kita dukung gerakan literasi yang sekarang sedang digalakan agar kita tidak tertinggal dan kita selalu bisa mengikuti perkembangan zaman.