oleh Hj. Aah Suniah, S.Pd. (Kepala Sekolah)
Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2018/2019 (sebut: UN 2019) hanya tinggal menanti waktu. Banyak isu atau sebagian orang memprediksi pelaksanaan UN akan maju atau mundur untuk menghormati digulirkannya sebuah hajat besar yang menyangkut kenegaraan, yakni Pilpres 2019.
Bagi penanggungjawab pendidikan hal ini tentu telah (atau sedang) diperhitungkan secara masak agar seluruh sistem, unsur-unsurnya berjalan dengan baik. Sistem yang dimaksud tentu saja sistem kenegaraan dan sistem pendidikan nasional. Dua-duanya harus berjalan lancar dan memberikan harapan baik bagi bangsa Indonesia.
Maret atau Mei?
Jika pelaksanaan UN 2019 (khususnya SLTA – SMA/SMK) dimajukan, tentu Maret 2019 merupakan bulan yang paling mungkin dipilih untuk pelaksanaannya. Jika seluruh tingkatan pendidikan SLTA, SLTP dan SD pelaksanaannya terurut seperti biasanya dan semua diupayakan tidak bulan April, maka tampaknya untuk jenjang SLTP dan SD tak mengalami perubahan kebiasaan. UN jenjang SLTP biasanya dilaksanakan di minggu pertama bulan Mei. Demikian pula untuk SD, hampir dipastikan sangat tidak dipengaruhi oleh hajat besar Pilpres.
Jika UN 2019 untuk SLTA dilaksanakan di bulan Maret, maka kegiatan-kegiatan yang mendahului adalah kegiatan Ujian Sekolah (US) tulis dan US Praktik. Dengan demikian kemungkinan yang paling terpengaruh adalah porsi pertemuan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Porsi yang semakin sedikit akan berdampak tak selesainya penyampaian bahan ajar secara normal. Jikapun dipaksa diselesaikan, maka ini hanya untuk menyelaraskan beban administrasi.
Alternatif lain jika UN 2019 untuk SLTA dilaksanakan di bulan Mei 2019 maka akan muncul dampak hubungan antara Kemendikbud dengan Dikti. Di Kemendikbud terkait dengan pengumuman hasil UN umumnya selang 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan UN. Dengan demikian diperkirakan hasil pengumuman kelulusan di bulan Juni. Tentu telah dipahami bersama bahwa bagi alumni SLTA, kegiatan penyaringan masuk ke perguruan tinggi negeri dengan model Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) biasanya dilaksanakan pada bulan Mei. Ini akan menimbulkan sebuah dampak yang akan membuat dua lembaga tersebut harus bersinergi secara menyeluruh untuk mengantisipasi masalah ini.
Urgensi UN di Mata Siswa
Saat ini bagi pengelola SLTA tinggal menanti waktu. Pelaksanaan UN 2019 diputuskan bulan Maret atau Mei bukan lagi menjadi permasalahan. Filosofi yang perlu dibangun adalah UN merupakan alat ukur untuk mengetahui mutu pendidikan secara nasional sebagai pemasok salah satu unsur dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berkaca kepada pelaksanaan UN tahun yang lalu ada beberapa hal menarik, paling tidak 2 (dua) hal yakni 1) Adanya mata pelajaran pilihan di rumpun peminatan, 2) Hasil UN tak lagi memberi pengaruh dalam SNMPTN dan kelulusan.
Dua hal tersebut memiliki pengaruh di antaranya:
Pengaruh adanya Mata Pelajaran Pilihan dan Nilai UN:
- Rerata UN sesama siswa satu peminatan/jurusan tak bisa dibandingkan lagi, sebab mata uji UN yang dipilih berbeda-beda. Tak akan ada lagi sesama teman mengatakan “Nilai UN-ku lebih bagus dibandingkan nilai UN-mu“.
- Tak ada “juara” UN di sekolah atau di Kabupaten/Kota, sebab mata pelajaran yang diikuti berbeda-beda.
- Rerata UN tiap mata pelajaran dalam satu peminatan/jurusan tak dapat dibandingkan lagi, sebab tidak semuanya memilih mata pelajaran yang sama.
- Secara nasional tak akan dapat ditentukan berapa rata-rata nilai mata pelajaran tertentu (misalnya fisika), sebab rerata secara nasional haruslah rerata populasi nilai fisika seluruh siswa peminatan/jurusan MIPA, bukan rerata sampel siswa MIPA yang memilih fisika.
Pengaruh UN dalam SNMPTN dan Kelulusan dari Satuan Pendidikan
SNMPTN adalah singkatan Seleksi Nasional Masuk Pergurian Tinggi Negeri (SNMPTN) khusus untuk jalur non tes. Tahun 2016 lalu, dalam Prosedur Operasional Standar (POS) tahun pelajaran 2015/2016 tersirat bahwa nilai UN berpengaruh dalam pemilihan program studi di Perguruan Tinggi melalui jalur SNMPTN.
Sejak UN tahun 2017 BSNP tak lagi mencantumkan seperti tampak dalam gambar. Artinya UN memang tak memberi pengaruh apapun dalam kegiatan SNMPTN.
Beberapa dampak yang timbul dalam diri siswa:
- Tak lagi merasa takut terhadap UN, sebab UN tak lagi berpengaruh dalam kelulusan dari satuan pendidikan. Nilai berarapun siswa tak akan risau.
- Bagi mereka yang terekomendasi untuk mendaftar di SNMPTN tidak terlalu ngotot untuk mencapai nilai yang optimal, sebab tak lagi berpengaruh positif dalam pengolahan persyaratan dan pembobotan dalam kriteria diterima/tidak dalam SNMPTN.
Dalam rangka mengupayakan hasil UN selalu lebih baik, maka bagi para siswa hanya diberi motivasi bahwa SHUN akan terbawa seumur hidup. Jika nilainya jelek akan memberikan jelek kepada generasi berikutnya.
Rekomendasi
Sebagai pengelola lembaga pendidikan yang memiliki Insya Allah memiliki dedikasi tinggi, maka dengan ini saya selaku kepala sekolah memberikan beberapa rekomendasi untuk dipertimbangkan dalam pelaksanaan UN 2019 khusus UNBK.
- Mempertimbangkan kembali untuk tidak mengadakan “mata pelajaran pilihan”, tetapi lebih baik jika siswa diwajibkan mengikuti seluruh mata pelajaran ciri peminatan. Alternatif lain adalah mata pelajaran dalam UN adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika.
- Mempublish soal-soal yang digunakan dalam UNBK tahun sebelumnya.
Jika tidak, hal-hal ini akan muncul:- Pengarsipan soal-soal UNBK tak dapat dilakukan.
- Tak ada evaluasi untuk soal-soal UNBK bersama para siswa.
- Tak ada latihan soal untuk mengantarkan siswa mengenal soal-soal setara UNBK.
- Tak ada kesempatan bagi siswa untuk mengenal soal type HOT yang diberi porsi 10% pada pelaksanaan tahun yang lalu.
- Ketidaktahuan masyarakat akan hasil UNBK, sehingga harus ada publikasi hasil UNBK tahun lalu secara nasional untuk mengumpulkan aspirasi masyarakat berkaitan dengan rencana pemerintah untuk menambah persentase soal HOT dalam UNBK 2019. Jika hasil tahun yang lalu secara kriteria belum memuaskan, maka untuk hal yang berkaitan dengan IPM harus dipertimbangkan masak-masak.